Skip to content

FC Rainfall: Sepak Bola, Pertemanan, dan Hal-hal Alternatif

Sepak bola bukan cuma soal skor dan selebrasi, tapi juga tentang perlawanan, pertemanan, dan perjuangan dari pinggir lapangan.

Sebelum cerita ini meluncur lebih jauh ke segala hal luar biasa yang belakangan datang menghampiri kami, rasanya penting banget buat balik sejenak ke titik awal tentang sepak bola itu sendiri.

Kayaknya kalo ngomongin olahraga yang satu ini ada banyak pembahasan yang bakal dibahas, karena apa? Karena emang faktanya sepak bola seseru itu. Olahraga yang satu ini bisa menyatukan banyak kepala dari lintas generasi, beda usia, bahkan beda pandangan hidup. Semua kumpul demi satu hal: merasakan keasikan dari olahraga yang disebut sepak bola.

Permainan yang satu ini bisa dikatakan jadi olahraga yang sangat diminati oleh masyarakat planet bumi ya karena gak harus bisa main bola aja. Jadi penonton buat mendukung salah satu team yang kita dukung pun ya sah-sah aja. Ini yang dikatakan sepak bola memiliki nilai inklusivitas yang sangat tinggi. Sebab apa? Sebab sepak bola adalah panggung inklusif: tempat di mana suku, ras, agama, dan kelas sosial melebur jadi satu.

Hmm… Namun, atas ruang dan waktu yang terus berjalan sepak bola hari ini terlihat sangat cukup bisa dikatakan sangat ‘menakutkan’ bagi yang merasakan. Kenapa? Mungkin teman- teman bisa sedikit menelaah dari pesan yang disampaikan oleh ‘pasukan rusa’ yang satu ini.

Mr. HDF dalam pesan singkat WhatsApp berikut mengatakan:

“Rainfall bukan hanya tentang bermain 2×45 menit. Lebih dari itu, persoalan tentang menjaga konsistensi dalam berjejaring, memanfaatkan ruang untuk memiliki kontribusi sosial, dan merayakan sepak bola tanpa adanya sekat kelas sosial.

Kami percaya, rivalitas yang berlebih hanya akan menghadirkan konflik horizontal yang berkepanjangan dan itu sangat tidak perlu.

Padahal, kita sudah paham bahwa musuh kita adalah bentuk kedzaliman yang beredar dalam kehidupan masyarakat secara langsung. Percayalah, kita adalah satu dalam keyakinan yang sama. Yakin akan keberlangsungan hidup yang aman dan nyaman, sepak bola bisa menjadi media alternatif akan ide dan gagasan aspiratif yang kita gaungkan dari pinggir lapangan. Terutama, soal-soal keberlangsungan dunia persepakbolaan, kesejahteraan atlet, dan dibaluti dengan kepentingan masyarakat sosial untuk menuju ke hal-hal kemaslahatan”.

FC Rainfall dan Klub Alternatif

Deer Troops pemilik klub? Bakar rokoknya dulu atau siapkan cemilannya, mari simak dengan seksama.

FC Rainfall pada tulisan sebelumnya menyebutkan bahwa klub ini adalah klub alternatif. Yang kita ketahui banyak sekali sudah klub alternatif yang bermunculan dengan segala pesan didalamnya yang sangat varatif.

Dibelahan bumi Eropa Barat, seperti FC United Of Manchester yang muak atas kerakusan Glazzers dan banyak lagi lainnya. Secara garis besar, pada intinya adalah sepakbola alternatif dapat dikatakan sebagai bentuk kemuakan atas aturan-aturan dan industri  sepakbola yang sangat dominan kepada para elit.

Sehingga lewat klub alternatif mereka sangat bisa mengekspresikan dirinya secara bebas, mereka dapat mengelola klub secara mandiri hingga membuat aturan-aturan sendiri.

FC Rainfall menjunjung tinggi nilai kolektivitas, dialog, dan transparansi, di mana setiap keputusan penting diambil melalui musyawarah bersama dengan pemilik klub, Deer Troops .

Pemilik klub ini adalah para Deer Troops, yaitu mereka yang aktif mendukung langsung FC Rainfall—baik dengan hadir di pertandingan maupun ikut dalam perjalanan klub. Pendanaan klub umumnya berasal dari penjualan berbagai merchandise khas, seperti jersey, kaos, dan stiker yang dipasarkan lewat berbagai platform media, seperti Instagram, aplikasi jual-beli, hingga grup WhatsApp.

Kadang kali para Deer Troops menaruh kardus/keropak sebagai kotak apresiasi untuk kepentingan klub. Selain itu, laporan keuangan menjadi salah satu kunci bentuk tranparasi yang biasanya dibuka untuk umum tanpa ditutupi agar semua khalayak dapat melihat pengeluaran dari setiap kebutuhan operasional FC Rainfall.

Dapat dikatakan para Deer Troops adalah ujung tombak kunci untuk kemaslahatan FC Rainfall sebab tanpa adanya Deer Troops bisa dikatan FC Rainfall tidak akan berkembang seperti sekarang ini. Prinsip ini dapat dikatakan sebagian besar yang sangat diimani oleh para klub alternatif dari berbagai kota di Indonesia.

Konsistensi dan Kolektivitas sebagai Kekuatan

Lanjut? Harus dong, ini penting. Sepak bola bukan hanya sekedar soal skor saja, tidak segampang itu menafsirkan sepakbola hanya 2×45 menit. Ternyata sejak dulu kala, sepak bola sudah digunakan sebagai media atau aplikasi bagi alat penggerak massa untuk menyampaikan keresahan publik atau penyampaian-penyampaian yang memengaruhi hegemoni sosial di dalam suatu negara ataupun kelompok.

Oke, ini ada kaitannya dengan para Deer Troops, kenapa? Karena para Deer Troops percaya bahwa sepakbola dapat menjadi wadah untuk menyuarakan pesan atau bahkan protes. Oleh sebab itu, para Deer Troops selalu membawa pesan atau isu sosial yang disuarakan pada saat FC Rainfall bertanding.

Menurut Robbins dalam jurnal Muhammad Fadhil, dkk (2019:42) menjelaskan bahwa konsistensi berarti kemampuan setiap individu dalam menyelaraskan perilaku dan sikapnya supaya terlihat rasional dan konsisten.

Melakukan sesuatu secara konsisten memang banyak sekali tantangan dan segala cobaan tentunya, namun yang dihadapi para Deer Troops semoga saja tidak dapat menggoyahkan asa dan semangat.

Apalagi yang kita ketahui semua dalam pembangunan klub ini, FC Rainfall, semua bermodalkan dengan “Kolektivitas” yang menurut Bruce J Cohen (1992) perilaku kolektif ‘collective behaviour’ adalah jenis perilaku yang relative tidak tersusun, bersifat spontan, emosional dan tak terduga. Maka dari itu individu-individu yang terlibat dalam perilaku kolektif biasanya tanggap terhadap suatu rangsangan tertentu yang datang dari oran lain atau peristiwa yang sangat khusus.

Kolektif tentu saja adalah sekumpulan pribadi yang berkeja sama tanpa adanya hierarki di dalammnya, namun memiliki tujuan dan asa untuk hal-hal tertentu. Dalam pandangan kolektif ini, senjata mutlak nya adalah bersolidaritas! Yaitu saling asah, asih, dan asuh.

Football Friendship Forever: Melawan Rivalitas Buta

Dalam setiap pertandingan, baik kandang maupun tandang, Deer Troops tak pernah absen menggaungkan “Football Friendship Forever” — atau bahkan menuliskannya di dinding-dinding jalanan. Tagline yang kuat dengan nilai ciri dan khasnya.

Mengapa ini digaungkan selalu? Betul, berangkat dari kelelahan atas tindakan-tindakan ‘rivalitas’ yang sangat tidak memiliki arti jika dibaluti dengan unsur-unsur kekerasan. Coba kita berpikir bersama, apakah kita tidak lelah dengan segala bentuk kekerasan? Kekerasan diluar sana sudah sangat menjengkelkan. Kekerasan dikantor yang disajikan secara gamblang oleh para keparat kapitalis, kekerasan yang dilontarkan dari mulut para sampah diruang-ruang kelas, kekerasan oleh aparatur negara terhadap rakyatnya, kekerasan yang lainnya hingga dapat merenggut nyawa seseorang.

Yang kami paham, kami tidak ingin kekerasan itu hadir di pinggir lapangan, di luar lapangan, atau di dalam lapangan sekalipun. Karena yang kami tahu sepak bola bukan untuk itu, tetapi sepak bola adalah ajang untuk saling memahami satu sama lain, memiliki sikap toleran yang sangat tinggi, dan menjujung tinggi nilai-nilai kebersamaan.

Sepak bola adalah ruang di mana kita dapat bersenang-senang tanpa peduli batas usia dan tanpa adanya sekat-sekat kelas sosial bagi siapapun dan dimanapun. Yang sangat kami inginkan sepak bola dapat menjadi ruang bagi siapapun atau pihak manapun agar dapat bersosialisai dan berinteraksi satu sama lain.

Fahri Dwi Heldiansyah
Fahri Dwi Heldiansyah

Pelantur pinggiran kota besar yang sedang meraut peluru agar segera bisa digunakan.

guest
0 Comments
Terlama
Terbaru Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments